Haul Gusdur di Polman Diskusi Lesehan, Bahas Gusdur dan Nilai Amandaran

218 views

o

Jalurnusantara.com- Polewali Mandar- Peringatan hari wafatnya (Haul) Kiai Abdurahman Wahid atau Gusdur di Kabupaten Polewali Mandar (Polman) digelar dengan cara lesehan di pelataran Masjid Agung Syuhada Polman, Rabu, (29/12/2022).

Haul tokoh bangsa sekaligus tokoh Islam Indonesia itu digelar oleh jaringan Gusdurian Kabupaten Polman dengan berkolaborasi dengan organisasi non pemerintah dan majelis pengajian.

Diskusi lesehan tersebut mengangkat tema “Gusdur dan nilai-nilai Amandaran” membahas keselarasan antara 9 nilai perjuangan Gusdur dan nilai-nilai yang ada di masyarakat Mandar.

Beberapa narasumber dalam kegiatan menyebut bahwa Gusdur memperjuangkan kepentingan kemanusiaan, kesetaraan dan persatuan yang harus dilanjutkan oleh para generasi muda lebih khusus para pecinta Gusdur dan kalangan Nahdiyin.

Narasumber pertama seorang perempuan di Sulbar, Imelda menitikberatkan pada bagaimana konsepsi Gusdur pada kesetaraan gender.

Menurutnya, Gusdur konsen pada isu kesataraan yang ditunjukkan dengan kebijakan terkait pengarusutamaan gender di Indonesia.

“Gusdur saat jadi presiden mengeluarkan inpres pengarusutamaan gender, ini menunjukkan gusdur konsern pada isu kesataraan dan egalitereanisme. Saya melihat Gusdur itu Mandar, nilai persatuan dan persaudaraan yang diperjuangkan Gusduri sama dengan pepatah mandar ” Sisaraq pai mata mapute anna mata malotong anna sisara tau” tutur Imelda.

Narasumber lain, Abdul Hakim Pariwalino menyatakan bahwa keselarasan antara nilai Gusdur dan nilai di Mandar harus diperjuangkan dan dibuktikan dengan tindakan.

Dia mengkritik para pecinta Gusdur yang memperjuangkan inklusivitas namun melakukan praktek eksklusivitas.

“Saya pernah membaca sebuah ungkapan, waktu saya masih aktif menjadi penggiat budaya, teksnya begini, “Yahudi agama langi’ nasara’ agama langi’ Islam agama langi’ ita paranna rupa tau na siasayanggi” Ini erat dengan, nilai-nilai Gusdurian yang ada, jadi untuk kedekatan itu tidak terlepas pada kemanusiaan, namun dalam prakteknya memang kadang-kala terjadi ekslusif/diskriminitas” tuturnya.

“Itu lucu ketika Gusdur, ketika menyajikan Inklusifitas namun teman-teman pengagum Gusdur itu eksklusif. Kemanusiaan dan kasih sayang yang tersaji dalam kemandaran itu tidak terimplementasikan di Mandar ini. Ini sama hal waktu Baharuddin Lopa ditanya kenapa begitu, Barlop jawab karena saya Mandar. Jadi sangat hipokrit bagi kita, ketika kita mengagumi nilai-nilai Gusdur namun perilaku ita tidak demikian” tambah Hakim.

Kegiatan haul juga dirangkaikan dengan acara maulid nabi Muhammad Saw. Imam Masjid Syuhada, S. Fadl Al Mahdaly memimpin Mahalul Qiyam yang diikuti para majelis.

S. Fadhl juga sebagai narasumber menyebut terkait nilai-nilai ajaran Islam. Ia menuturkan Agama mengajarkan untuk menuntut hak, siapa yang mati dalam menuntut Hak maka ia dicatat dalam keadaan syahid.

“Jadi teruslah berdiri melawan kedzaliman meskipun kau sendirian, namun tetap berada dalam rambu-rambu” ungkapnya.

Rasulullah itu populer, sebab masyarakat pada masa itu penuh dengan kedzaliman dan masa itu pula sangat jarang akan pemberontakan, mengapa demikian? Pangan yang dipenuhi dan rasa aman yang ada.

Kedua Rasulullah teguh untuk nilai-nilai kemanusiaan, sebab agama itu diturunkan untuk Manusia bukan untuk Tuhan.

“Perkataan Ali Radhiyallahu Anhu, Kalau kau tidak bersaudara dalam keimanan, maka kau bersaudara dalam kemanusiaan” Kita sebenarnya selayaknya membahas mengenai tentang kemanusiaan, bukan tentang apa yang dibalik kita” terangnya. (Ky)

Bagikan
No related post!

Tinggalkan pesan